Antara Rokok, Kesehatan dan Beasiswa…

Paru paru perokokKetika sedang asyik menikmati makanan di sebuah kafe tenda terbuka di bilangan Jakarta selatan, tiba-tiba penulis didatangi seorang SPG rokok,

“ Pak, mau dicoba rokok nya” kata sang SPG dengan ramah, “ Ini rokok jenis mild terbaru, dengan kadar nikotin rendah, lebih aman daripada rokok lain”  akunya sambil promosi.

Wah, padahal yang namanya rokok termasuk golongan anti rokok. Hal ini karena memang dari dulu sampai sekarang tidak pernah merokok. Mungkin karena trauma masa kecil, ketika pernah coba rokok malah batuk-batuk, jadinya kesal . Biasanya kalau ketemu beginian, langsung menolak halus. Namun tiba-tiba ada terbersit keinginan mengobrol  lebih dalam, disamping ada rencana sesuatu yang semoga bisa menghentikan penjualan rokok.

“Mbak, sudah menjual rokok semuanya? “ tanya saya.

“Belum Pak, ini target penjualan tinggal 2 slop lagi..” jawabnya

“Oh begitu…begini mbak, saya ada tawaran buat mbak, saya akan membeli semua rokok yang tersisa, tapi saya ingin mbak berjanji ..” sengaja berhenti untuk melihat reaksinya.

“Tawaran apa pak? “ dia kembali bertanya dengan wajah senang tapi juga sedikit keheranan.

“Saya mau mbak berjanji tidak akan menjual rokok lagi. Terus terang, saya melihat mbak punya keahlian apalagi ditunjang dengan penampilan, mbak bisa menjual produk lain yang tidak merusak seperti produk kesehatan kecantikan,  gadget elektronik, produk otomotif  atau produk lain..pokoknya asal bukan rokok..”  Demikian berupaya menjelaskan panjang lebar. Ya, jika melihat para SPG rokok, biasanya memang pasti dipilih yang memiliki penampilan menawan, dan alangkah baiknya jika tidak digunakan untuk menjual rokok.

SPG tersebut tampak kaget, tapi wajahnya jadi berubah lebih cerah. Lantas dia pun menimpali, “ Betul Pak, apa yang bapak jelaskan memang benar, produk rokok ini tidaklah baik untuk kesehatan. Saya sebenarnya juga jualan di counter HP, tapi sedang saya tinggalkan kerjaan disitu..”

“Nah sangat bagus itu,” mengetahui bahwa SPG ini juga menjual produk selain rokok, jadi semangat untuk mempengaruhi, ” …daripada mbak menjual produk yang akan merugikan dan merusak kesehatan orang, mbak malah nambah dosa. Setiap agama pasti melarang hal tersebut,  bagaimana mau kan berjanji untuk tidak menjual rokok lagi, ?”

“ Iya pak, o ya nama saya Bella, “ jawabnya sambil mengenalkan diri, “ Benar Pak,  rencana sih saya mau kembali jualan di counter HP di ITC Depok, ” dia pun menambahkan.

“ Baiklah, saya percaya sepenuhnya kepada mbak. Dengan kemampuan atau penampilan mbak, saya yakin mbak Bella bisa sukses jualan produk itu. Bisa saja mbak menjual produk lain seperti produk kesehatan, kecantikan atau MLM. Saya tidak akan menuntut apa-apa kalau mbak menyalahgunakan janji. Pasti mbak percaya juga kan kepada sang Tuhan Maha Pencipta, karena Dia mengetahui segala hal, termasuk janji mbak Bella. Ok..mana slop tersisa, biar saya bayar sisanya ”

Wajah Bella, tampak sumringah. Sepertinya dia belum pernah diskusi seperti ini. Lantas, dia mengambil slop yang tersisa dan memberikan ke penulis yang langsung membayarnya.

“ Saya senang ketemu dengan Bapak, saya janji nanti tidak akan menjual rokok lagi “ katanya dengan penuh senyum , sambil mengulurkan tangan untuk berjabatan tangan dan wah ternyata dia menyalami penulis sambil menempelkan tangan penulis  ke dahinya, persis seperti cara salaman anak sama orang tuanya.  Penulis agak kaget dan kikuk juga, karena tidak mengira dia akan bersikap seperti itu, karena jarang sekali orang yang belum pernah kenal sebelumnya langsung bertindak demikian.

“Terimakasih banyak pak telah menyadarkan saya… saya tunggu pak jika mau melihat counter HP di ITC karena saya akan jaga counter di sana” ujarnya kembali lantas dia pun pergi meninggalkan penulis.

Ingatan pun kembali ke tahun-tahun lalu, saat masih kuliah. Ya, ketika kuliah S1, penulis pernah mendapatkan beasiswa dari perusahaan rokok terbesar di negeri ini.  Untuk saat itu jumlahnya cukup besar, bahkan kiriman beasiswa  bisa untuk biaya hidup selama kuliah. Walhasil, uang kiriman orang tua bisa dihemat, dan bahkan dari beasiswa tersebut bisa digunakan untuk keperluan lain seperti komputer.

Anehnya, perusahaan rokok ini tidaklah terkenal dalam hal memberikan beasiswa. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan lain yang sering mengiklankan diri di poster pengumuman kampus tentang beasiswa dan persyaratan yang diminta. biasanya, perusahaan tersebut adalah perusahaan terkenal yang menjadi favorit pilihan mahasiswa ketika lulus sebagai tempat bekerja.

Ketika itu, perusahaan pernah mengadakan acara ramah tamah di rektorat untuk bertemu dengan para penerima beasiswa yang dikoordinasi oleh biro administrasi akademik. Tampaknya manajemen perusahaan ingin melihat langsung profil mahasiswa penerima beasiswa dan menjelaskan kenapa mereka memberikan beasiswa. Ada pernyataan yang berkesan sampai sekarang,  dimana wakil perusahaan rokok mengatakan ini dihadapan kami para penerima beasiswa : “ Kami bukanlah perusahaan yang mengiklankan diri dalam memberikan dana beasiswa seperti perusahaan lain. Kami hanya ingin beasiswa dari kami bisa diterima langsung oleh mahasiswa, tanpa potongan apapun. Perusahaan kami punya prinsip, dalam memberi sumbangan tidaklah perlu orang lain tahu, ibarat tangan kanan memberi lantas tangan kiri cukup diam saja” Sungguh benar-benar berkesan, bahwa perusahan rokok punya prinsip begitu ikhlas dalam memberikan sesuatu. Memang, kenyataannya sang perusahaan rokok memberikan beasiswa dalam bentuk transfer langsung ke rekening bank mahasiswa penerima, dan  itu sudah menjadi standar prosedur mereka dalam memberikan beasiswa. Mereka tidak mau mengirim uang secara kas ke institusi lalu dibagikan kemahasiswa, tapi mereka hanya mau mentransfer langsung ke rekening mahasiswa. Yang penting, data mahasiswa komplit dan lengkap dan dikirimkan melalui biro akademik.

Dalam hati sanubari, ada sedikit menyesal mengapa menerima beasiswa dari perusahaan rokok. Andaikan boleh memilih, tentunya ingin mendapatkan beasiswa dari perusahaan lain. Ada semacam pertentangan di hati, karena memperoleh beasiswa dari hasil perusahaan rokok yang memperoleh profit dengan cara merusak kesehatan para pembelinya. Tetaplah ada pelajaran yang bisa diperoleh, yaitu prinsip perusahaan rokok diatas.

Mungkin hanya langkah kecil ini yang baru bisa dilakukan, berupaya menyadarkan orang mengenai bahaya rokok termasuk  mereka yang menjadi penjualnya, tanpa harus menggurui. Selain itu juga untuk membalas rasa bersalah di masa lalu ketika menerima beasiswa dari perusahaan rokok. Seperti langkah Bella yang berjanji tidak akan menjual rokok ..semoga.

Satu pemikiran pada “Antara Rokok, Kesehatan dan Beasiswa…

Tinggalkan komentar