Perjuangan untuk perubahan, Grameen-Bank untuk kaum miskin

grameenKetika pertamakali mendengar Muhammad Yunus, pencipta dan pendiri Grameen Bank mendapat hadiah Nobel Perdamaian 2006, saya sedikit heran. Karena setahu saya kiprahnya lebih banyak dalam mengangkat harkat dan martabat kaum miskin, terutama di negaranya Bangladesh, dan beberapa belahan dunia lain yang menggunakan model seperti Grameen. Namun setelah mendapatkan informasi lebih dalam mengenai perjuangan Muhammad Yunus pada saat-saat awal mengaplikasikan kredit mikro kepada kaum miskin pedesaan di Bangladesh, sampai menjadi program yang diakui efektifitasnya oleh PBB, rasanya beliau tidak hanya berhak untuk Nobel Perdamaian tapi juga Nobel Ekonomi sangat pantas untuk Bapak pendiri Grameen Bank ini.

Kisah perjalanan hidup M. Yunus dalam menghadapi kemiskinan yang muncul di Bangladesh memang penuh dengan pergulatan yang mengharukan dan perjuangan berat serta jalan yang terjal. Melihat kenyataan bahwa ada rakyat bangladesh yang sedemikian miskinnya, sehingga hanya dengan US$27 saja sudah dapat membantu menghidupi ekonomi untuk 42 keluarga. Diraihnya kocek sendiri sebanyak US$27 untuk pinjaman kepada 42 keluarga miskin bangladesh tersebut melalui mahasiswanya, dan disaat itulah perjuangan mengentaskan kemiskinan sampai lahirnya Grameen dimulai. M.Yunus mulai memikirkan dan mengaplikasikan perubahan yang nyata untuk masyarakat miskin pedesaan Bangladesh, dan melihat bahwa teori ekonomi yang selama ini dipelajarinya di negeri barat dan diajarkan pada mahasiswanya tidaklah memiliki arti apa-apa, tidak menyentuh masyarakat miskin. Malah yang terjadi adalah eksploitasi terhadap sumberdaya baik itu manusia maupun lingkungan.  

Dengan mengubah paradigma yang selama ini berlaku pada sistem perbankan, seperti adanya bangunan permanen, persyaratan adanya agunan, adanya audit, pengisian formulir kredit, perlunya penjamin kredit dan segala kontrol, prosedur rumit lainnya, Grameen lahir dengan menihilkan semua prosedur konvensional, hanya dengan satu basis kepercayaan yakni bahwa orang miskin bila diberi kepercayaan akan membayar pinjamannya. Beliau percaya bahwa orang miskin tidaklah seperti kaum menengah atas yang cenderung menangguhkan utang sebisa mungkin. Dengan membuat model peminjaman dalam kelompok-kelompok, Grameen berhasil meningkatkan ekonomi para peminjam terutama kaum perempuan yang memang secara budaya dan marjinal terpinggirkan dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Hal terpenting dari keberhasilan Grameen Bank yang digagas Muh. Yunus adalah terletak dari penentuan akar masalah kemiskinan pada sebagian besar masyarakat miskin di Bangladesh. Menurut beliau, kaum miskin di pedesaan itu menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau karena buta huruf, tetapi adalah karena kaum miskin tidak memiliki kontrol atas modal, dan kemampuan mengontrol modal yang memberi orang untuk mempunyai kemampuan meningkatkan hidup dan lepas dari kemiskinan. Mengapa demikian? karena ketiadaan modal, kaum miskin bekerja untuk orang lain yang memiliki kontrol atas harta atau aset produktif (pedagang, rentenir, kapitalis dsb). Mengapa mereka tidak punya kontrol atas modal? karena kaum miskin juga tidak mewarisi modal atau tidak ada yang mau memberi kredit kepada mereka untuk memberdayakan aset/tenaga produktif mereka. Mengapa tidak ada yang mau memberi kredit? karena oleh lembaga dianggap kaum miskin tidak layak kredit. Inilah akar permasalahan utama yang ditemukan Muh. Yunus, yang lantas menggerakkan kredit mikro kepada kaum miskin tanpa adanya pinjaman dan tetek bengek pinjaman konvensional lainnya. Inilah perubahan terbesar dan menghapuskan paradigma lama tentang perbankan konvensional. 

Lika-liku keberhasilan Grameen tidak hanya menarik bagi negara berkembang, tapi juga negara maju. Muh. Yunus berhasil mengembangkan model serupa, bekerja sama dengan ahli sosial dan pembangunan setempat di negara bagian arkansas, Amerika yang saat itu dipimpin oleh Bill Clinton sebagai Gubernur Arkansas. Ya, kaum miskin tidak hanya ada di negara berkembang, tapi juga negara maju. Muh. Yunus mengkritisi kebijakan/UU AS yang memberikan tunjangan kesejahteraan kepada kaum miskin, karena itu sama sekali tidak membantu. Jauh lebih baik memberikan pinjaman untuk usaha produktif yang bisa dilakukan kaum penerima tunjangan, sehingga mereka bisa mandiri dan lepas dari tunjangan kesejahteraan negara. Program ini sukses dijalankan di Amerika. Selanjutnya program serupa di negara maju Eropa juga dijalankan selain di Afrika, Malaysia,  Filipina dan negara lainnya. 

Keberhasilan Grameen dapat ditinjau dari beberapa indikator. Jika diawal tahun 1979 anggota Grameen Bank hanya 500an, pada tahun 1982 berlipat ganda menjadi 82 ribu, dan ditahun 2006 sudah mencapai 7 juta orang. Tingkat pengembalian kredit di Grameen tertinggi diantara bank konvensional lainnya, yakni diatas 98%. Rasanya tidak ada perbankan sebaik Grameen dalam pertumbuhan dan kredit bermasalah. Menyadari Grameen telah berkembang menjadi komunitas peminjam, dimana peminjam sendiri adalah pemilik terbesar saham Grameen itu sendiri, Muh. Yunus mulai memikirkan pengembangan usaha baru yang mampu meningkatan derajat kesejahteraan peminjamnya. Dimulailah pengembangan usaha Grameen Phone, lalu Grameen Telecom selanjutnya merebak ke arah usaha lain seperti perikanan (Grameen Fisheries), komunikasi (Grameen Communication), Grameen Trust Fund, tekstil (Grameen Knitwear).  

grameen bank 

Muh.Yunus, dengan Grameen, program dan inisiatif-inisiatif yang dijalankannya, telah merubah pandangan dunia bahwa suatu usaha yang didasarkan dengan keinginan tulus, kepercayaan dan sosial adalah usaha yang mampu membuat gebrakan bersejarah dalam mengakhiri kemiskinan global di muka bumi.  

Reference :

www.grameen.com                

Grameen, Banker to the poors. Micro-lending and the battle agains world poverty. Public Affairs. 2003

3 pemikiran pada “Perjuangan untuk perubahan, Grameen-Bank untuk kaum miskin

  1. herry

    Hallo pakar HRD

    Apakah bapak punya referensi buku ataupun biografi dari sosok M yunus ? Kalau dalam bentuk buku apa nama buku dan bisa saya dapatkan dimana ?

  2. Ping-balik: Teladan baik model pelatihan level V dan VI « Ilmu SDM

Tinggalkan komentar