Feasibility Study Vs Intuitive, Mana yang dipilih?

Mindset BrainSaat memberikan training Feasibility Study beberapa waktu lalu, ada pertanyaan menarik dari salah seorang peserta. Apakah perlu dilanjutkan suatu proyek, bila dari hasil kelayakan memberi dampak negatif, namun pemilik proyek tetap memaksa untuk terus saja?. Sebuah pertanyaan sangat baik dan mendasar, karena disini dihadapkan pada suatu kontradiksi. Hasil analisis tidak layak, tapi yang empunya ide proyek tetap memaksa jalan.

Proyeksi bisnis, atau proyeksi finansial dalam studi kelayakan dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi atau batasan yang dibuat untuk kondisi masa depan. Asumsi itu berdasarkan pertumbuhan produksi, pertumbuhan penjualan, peramalan biaya. Biasanya, penilaian aspek finansial pada kelayakan meliputi : Rencana Biaya Proyek yang akan dijalankan (Cost of Project), Analisis Peramalan (Financial Forecasting Analysis), Analisis Penilaian Investasi (Investment Valuation) maupun Analisis Sensitivitas (Sensitivity Analysis). Boleh jadi setelah melakukan analisis kelayakan finansial, kita mendapatkan nilai kurang baik dalam hal Payback Period, ROA, NPV atau Profitability Index. Masalahnya, semua data yang dipakai adalah berdasarkan asumsi pertumbuhan, suku bunga, kondisi dll, dimana bisa saja terjadi di waktu mendatang kondisi tersebut berubah.

Lanjutkan membaca “Feasibility Study Vs Intuitive, Mana yang dipilih?”